Beranda | Artikel
Surat al-Ikhlas dan Artinya - Syaikh Muhammad al-Mayuf #NasehatUlama
Jumat, 5 Agustus 2022

Adapun tentang surat al-Ikhlas,
maka ada hadis sahih yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bahwa beliau bersabda, “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh ia (surat al-Ikhlas) setara dengan sepertiga al-Quran.”

Para ulama mengatakan, “Yang dimaksud setara dengan sepertiga al-Quran
adalah karena isi al-Quran ada yang berupa hukum-hukum,
ada yang berupa kisah-kisah dan berita-berita (tentang masa lalu atau masa depan),
dan ada pula yang berupa tauhid dan akidah.

Sedangkan surat ini semua isinya berkaitan dengan tauhid (pengesaan) Allah ‘Azza wa Jalla.

Surat ini murni menyebutkan sifat-sifat Allah Subhanahu wa bihamdihi,

sehingga surat ini dinamai dengan surat al-Ikhlas.

(ARTI AYAT PERTAMA)
Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah (Wahai Muhammad), Dia adalah Allah Yang Maha Esa.”

Yakni Dialah Allah Yang Maha Dipertuhankan dan Disembah,
Yang Maha Esa—Subhanahu wa bihamdihi—Yang tidak memiliki sekutu
dalam rububiyah-Nya, dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya,
dan dalam uluhiyah-Nya.

Dia tidak memiliki sekutu dalam rububiyah-Nya, sehingga tidak ada Rabb bagi kita kecuali Dia—Subhanahu wa bihamdihi.

Allah tidak memiliki sekutu dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya,
karena tidak ada yang sama, serupa, dan sepadan dengan-Nya.

Allah juga tidak memiliki sekutu dalam uluhiyah-Nya,
karena hanya Dialah satu-satunya yang berhak dipertuhankan dan disembah.

Kalimat singkat ini adalah makna dari kalimat tauhid,
yaitu kalimat “La ilaha illallah”.

(ARTI AYAT KEDUA)
Allah tempat bergantung, yaitu seluruh makhluk bergantung kepada-Nya dalam segala kebutuhan.

Dialah Penguasa yang sempurna kekuasaan-Nya,
dan Dialah Yang Mahamulia dan Agung, yang sempurna kemuliaan dan keagungan-Nya—Subhanahu wa bihamdihi.
Ayat ini mengandung dorongan bagi para makhluk
untuk bergantung dan tunduk kepada-Nya.

Hendaknya pula hanya kepada-Nya mereka meminta seluruh kebutuhan,
sehingga mereka bermunajat kepada-Nya dengan tunduk, lirih, penuh rasa takut dan rasa harap,
terus menerus meminta dengan penuh harapan untuk dikabulkan dan penuh kekhawatiran akan tidak dikabulkan.

(ARTI AYAT KETIGA)
Allah tidak beranak. Mahasuci lagi Maha Terpuji
dari memiliki seorang anak.

Ayat ini mengandung bantahan terhadap kaum Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah,
dan bantahan terhadap kaum Nasrani yang mengatakan Isa al-Masih adalah anak Allah,
serta bantahan terhadap kaum musyrikin Arab yang mengatakan para malaikat adalah putri-putri Allah.

Bagaimana Dia memiliki anak,
sedangkan Dia tidak memiliki istri?!
Mahasuci Allah dari memiliki anak.

Milik-Nya segala yang ada di langit dan yang ada di bumi.
Seorang anak hanya disematkan kepada yang membutuhkannya,
sedangkan Allah Ta’ala Mahakaya (tidak membutuhkan apa pun) lagi Maha Terpuji.

Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya, akan tetapi seluruh makhluk-Nya sangat membutuhkan-Nya.

Allah juga tidak diperanakkan—Subhanahu wa bihamdihi.

Dialah Yang Mahaawal, tidak ada yang mendahului-Nya.
Allah pula Yang Mahaakhir, tidak ada yang wujud setelah-Nya.

Yang Mahaunggul, tidak ada yang berada di atas-Nya. Allah pula Yang Mahabatin, tidak ada yang tidak Dia ketahui.

(ARTI AYAT KEEMPAT)
Tidak ada yang setara dengan-Nya.

Tidak ada yang setara dengan-Nya dalam Zat-Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya.
—Subhanahu wa bihamdihi.

Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada apa pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

Allah Ta’ala juga berfirman, “Apakah kamu mengetahui sesuatu yang sama dengan-Nya?” (QS. Maryam: 65)

llah ‘Azza wa Jalla juga berfirman, “Karena itu, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 21)

===

أَمَّا سُورَةُ الْإِخْلَاصِ

فَقَدْ ثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

قَالَ الْعُلَمَاءُ وَمَعْنَى كَوْنِهَا تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

أَنَّ الْقُرْآنَ مِنْهُ مَا هُوَ أَحْكَامٌ

وَمِنْهُ مَا هُوَ الْقَصَصُ وَأَخْبَارُ

وَمِنْهُ مَا هُوَ تَوْحِيدٌ وَعَقِيْدَةٌ

وَهَذِهِ السُّوْرَةُ كُلُّهَا فِي تَوْحِيدِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

قَدْ أَخْلَصَتْ فِي وَصْفِ الرَّبِّ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ

فَسُمِّيَتْ بِذَلِكَ سُورَةَ الْإِخْلَاصِ

قَالَ تَعَالَى قُلْ (يَا مُحَمَّدُ) هُوَ اللهُ أَحَدٌ

أَيْ هُوَ اللهُ الْمَأْلُوهُ الْمَعْبُودُ

الْأَحَدُ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ وَالَّذِي لَا شَرِيكَ لَهُ

فِي رُبُوبِيَّتِهِ

وَفِي أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ

وَفِي أُلُوهِيَّتِهِ

فَلَا شَرِيكَ لَهُ فِي رُبُوبِيَّتِهِ فَلَا رَبَّ لَنَا سِوَاهُ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ

وَلَا شَرِيكَ لَهُ فِي أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ

إِذْ لَا سَمِيَّ وَلَا نَظِيرَ وَلَا مَثِيلَ لَهُ

وَلَا شَرِيكَ لَهُ فِي أُلُوهِيَّتِهِ

إِذْ هُوَ وَحْدَهُ الْمَأْلُوْهُ الْمَعْبُوْدُ

وَهَذِهِ الْكَلِمَةُ الْوَجِيزَةُ هِيَ مَعْنَى كَلِمَةِ التَّوْحِيدِ

كَلِمَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

اللهُ الصَّمَدُ الَّذِي تَصْمُدُ إِلَيْهِ الْمَخْلُوقَاتُ فيِ جَمِيعِ حَوَائِجِهَا

وَهُوَ السَّيِّدُ الَّذِي بَلَغَ الْكَمَالَ فِي سُؤْدَدِهِ

وَالْعَزِيزُ وَالْعَظِيمُ الَّذِي بَلَغَ الْكَمَالَ فِي عِزَّتِهِ وَعَظَمَتِهِ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ

وَفِيهِ حَثٌّ لِلْمَخْلُوقِيْنَ

أَنْ يَصْمُدُوا إِلَيْهِ وَيَتَضَرَّعُ عَلَيْهِ

وَيُنْزِلُ بِهِ جَمِيْعَ حَاجَاتِهِم

فَيَدْعُوْنَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً وَخَوْفًا وَطَمَعًا

طَالِبِيْنَ وَرَاغِبِيْنَ وَرَاهِبِيْنَ

لَمْ يَلِدْ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ

أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ

وَفِيهِ رَدٌّ عَلَى الْيَهُودِ الَّذِينَ قَالُوا عُزَيْرُ ابْنُ اللهِ

وَالنَّصَارَى الَّذِينَ قَالُوا الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ

وَمُشْرِيِكِي الْعَرَبِ الَّذِينَ قَالُوا الْمَلَائِكَةُ بَنَاتُ اللهِ

أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ

وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبُهُ

سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

وَإِنَّمَا فَيُنْسَبُ الْوَلَدُ إِلَى مَنْ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ

وَهُوَ تَعَالَى الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

مُسْتَغْنٍ عَنْ خَلْقِهِ وَخَلْقُهُ جَمِيعُهُمْ فُقَرَاءُ إِلَيْهِ

وَلَمْ يُولَدْ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ

فَهُوَ الْأَوَّلُ الَّذِي لَيْسَ قَبْلَهُ شَيْءٌ

وَالْآخِرُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ شَيْءٌ

وَالظَّاهِرُ الَّذِي لَيْسَ فَوْقَهُ شَيْءٌ

وَالْبَاطِنُ الَّذِي لَيْسَ دُونَهُ شَيْءٌ

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

فِي ذَاتِهِ وَفِي أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَفْعَالِهِ

سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ

قَالَ تَعَالَى لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

وَقَالَ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

وَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ فَلَا تَجْعَلُوا لِلهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ


Artikel asli: https://nasehat.net/surat-al-ikhlas-dan-artinya-syaikh-muhammad-al-mayuf-nasehatulama/